Selasa, 17 Februari 2015

Sensasi Motret Satwa Malam

Teks dan foto: Roy Ubaidillah Hasby*

Di antara kesibukan kita akan pekerjaan, muncullah beragam kendala seperti menumpuknya deadline pekerjaan, kemacetan kota yang sudah tidak bisa terbendung lagi untuk jalan keluarnya, beragam permasalahan perekonomian semakin hari semakin membuat kepala seakan ingin pecah, dan rumitnya keinginan manusia. Terkadang hal ini menimbulkan dampak negatif, yaitu stress. Apabila tingkatan stress pada individual sudah memuncak, kebanyakan sisi negatif berpikir manusia pun mulai tidak sejalur dengan kemauan hati dan nurani individualnya.

Banyak cara yang dilakukan masyarakat perkotaan tentunya untuk mengurangi dampak stress pada diri mereka, antara lain mereka menyempatkan diri mereka seperti pergi berlibur ke tempat-tempat rekreasi bersama keluarga. Selain itu, ada juga yang menyempatkan diri mereka untuk pergi melakukan beberapa aktifitas seperti pergi ke tempat-tempat hiburan malam. Namun yang paling langka dijumpai adalah pergi bermeditasi ke alam liar yang jauh dari hiruk-pikuknya perkotaan hanya guna untuk memotret satwa.

Memotret satwa di alamnya tentulah hal yang sangat jarang dilakukan di perkotaan seperti Jakarta. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya lahan hijau di ibukota dan menurun drastisnya satwa yang sangat sulit sekali perjumpaanya dengan kita tentunya. Bagi penduduk yang berdomisili di Jakarta sendiri, alternatif lain adalah dengan berlibur ke kawasan Bogor dan sekitarnya yang dapat mengapresiasikan meditasi kita dengan memadukan meditasi dan fotografi bersama satwa di alamnya.

Namun, terkadang masyarakat umum yang mengenal fotografi itu sendiri seakan kurang memahami fotografi satwa liar. Yang selalu menjadi polemik adalah, jika kita ingin terjun ke dunia fotografi alam liar tentulah harus memiliki perlengkapan kamera yang super mahal dengan beragam tipe. Termasuk dengan lensa super tele yang harganya membuat penggemar fotografi enggan untuk terjun ke dunia alam liar. Di dunia fotografi alam liar, tak haruslah kita memiliki perlengkapan super mahal dan banyak seperti anggapan umum itu. Cukup dengan menggunakan kamera DSLR atau pun poket pun kita dapat melakukan aktifitas super murah meriah dan bermanfaat.

Dengan bermodalkan niat, kesabaran dan juga kamera seadanya kita dapat memulai aktifitas alam. Paling menggoda adalah melakukan aktifitas fotografi malam hari. Peralatan senter atau pun head lamp sebagai penerangan, kamera, flash eksternal jika memiliki jika tidak ada bisa menggunakan internal flash dari kamera dan juga tripod tentunya, kita dapat berwisata dan berbaur dengan alam. Ada beberapa spot untuk melakukan fotografi satwa malam yang sangat memacu adrenalin kita. Salah satunya di kampung Loji Cijeruk, Bogor. Perjalanan dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda empat dari Jakarta selama kurang lebih 1,5 jam melalui Ciawi. Hamparan persawahan di kaki bukit Gunung Salak sangatlah indah di kanan kiri perjalanan menuju lokasi. Saran terbaik untuk melakukan trip fotografi malam di lokasi ini adalah mengunjungi kawasan Loji dari Jakarta pada sore hari, sehingga setelah maghrib para fotografer dapat melakukan aktifitasnya langsung mengeksplor kawasan Loji pada malam hari. Satwa malam yang dapat dijumpa kebanyakan adalah microfauna, seperti aneka jenis siput, ngengat dan serangga lainnya. Sedangkan yang menjadi trend satwa fotografi malam di lokasi ini adalah beberapa jenis katak seperti Rana hosii (kongkang racun) atau katak pohon, serta katak tanduk. Satwa melata lain yangh dapat dijumpai di lokasi ini antara lain seperti bunglon, ular pucuk, ular siput, dan ular berbisa seperti green tree pit viper .

Tak hanya kaum lelaki saja yang mencintai fotografi dan mengikuti sensasinya memotret satwa pada malam hari. Namun dari kaum hawa pun, ada yang menyempatkan waktunya untuk berekspresi dengan satwa melalui rana cahaya.

Dengan media visualisasilah seharusnya kita mengagungkan karya yang maha Kuasa ini, dan tentunya tetap di alamnya. Bukan untuk dipelihara. Memang satwa-satwa pada malam hari kebanyakan memiliki keunikan luar biasa dibandingkan satwa-satwa yang mudah dijumpai pada siang hari. Namun, keunikan tersebut lebihlah indah berada tetap di alamnya. Kebanyakan satwa yang dapat kita eksekusi melalui kamera kita adalah herpetofauna. Secara etimologis, herpetofauna berasal dari bahasa Yunani, “herpeton” berarti melata dan “fauna” yang berarti binatang. Jadi herpetofauna adalah binatang-binatang yang melata. Herpetofauna sendiri memiliki ukuran tubuh yang bermacam-macam, namun memiliki keseragaman yaitu berdarah dingin (poikilotermik). Fauna ini menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu lingkungannya. Kelompok ini diklasifikasikan menjadi 2 kelas yaitu, kelas amfibi dan reptil berdasarkan beberapa ciri yang berbeda dan mencolok. Kedua kelas herpetofauna tersebut dibagi-bagi lagi menjadi beberapa ordo yang kemudian akan berlanjut lagi ke famili.

Dari dua kategori reptil dan amfibi inilah kebanyakan dapat kita jumpai dengan mudah pada malam hari. Dan kelompok itu menjadikan fotografi malam menjadi sangat menarik. Caranya dengan berjalan menyusuri pinggiran sungai. Bermain dengan komposisi dan pencahayaan dalam lukisan cahaya sangatlah seru dan unik. Namun tentunya kita di sini juga memiliki keterbatasan dalam mengeksekusi mereka. Salah satunya memperhatikan perilaku satwa tersebut. Jika dirasa satwa tersebut sudah berada di titik stress, sebaiknya kita menghentikan pola pencahayaan yang mengarah ke arah mata satwa, seperti katak misalnya. Jika kita mengeksplor sebuah foto katak, dan terus dihajar dengan flash ekternal, pupil katak akan mengecil. Saat itu, sebaiknya diberikan jeda atau lebih baik kita mencari lagi jenis satwa lainnya.

Beberapa tips dalam memotret satwa malam antara lain:
  1. Sebaiknya kita menggunakan flash eksternal (speedlight), gunanya untuk membuat foto lebih berdimensi dalam proses pencahayaanya.
  2. Sebaiknya menggunakan mode manual. Manual dari setting-an kamera, kita akan lebih mengetahui keinginan akhir dari sebuah foto ketimbang menggunakan setting-an auto atau setting-an selain manual dari kamera. Dengan menggunakan bukaan F11 tentunya nampak belakang objek foto akan pekat dan objek depan akan lebih menonjol struktur warnanya. ISO yang kita gunakan adalah tidak lebih dari 320.
  3. Usahakan headlamp tidak berada di bagian kepala, kita takutkan satwa melata seperti ular yang berada di dahan pepohonan di atas kepala tidak sempat kita lihat akan membahayakan kita. Kewaspadaan tentunya diperlukan dalam memotret satwa pada malam hari.
  4. Usahakan menggunakan sepatu boat waterproof jika memungkinkan.
  5. Tetap selalu menggunakan jasa pemandu lokal di lokasi yang akan kita eksplor, Hal tersebut lebih baik ketimbang hanya dengan modal nekat sendiri.
  6. Seandainya satwa seperti amfibi dirasa kurang komposisinya karena keberadaanya kurang bagus misalnya, disarankan untuk memindahkan objek di sekitaran lokasi yang sekiranya kita dapat memperoleh sebuah komposisi foto yang bagus. Setelah foto barulah kita mengembalikan satwa tersebut ke posisi semula mereka berada.
  7. Maksimal fotografer tidak lebih dari 5–6 di lokasi yang sama di diameter jarak 10 meter. Dalam artian untuk setiap spotting disarankan untuk tidak banyak orang karena faktor kesulitan kita mendekati objek dan juga faktor lainya.

Dari catatan kecil di atas, setidaknya kita kelak dapat sedikit pengetahuan mengenai kehidupan satwa malam dan dapat mengabadikanya walau hanya dari kamera standar kita. Abadikanlah mereka dengan hati dan kesabaran. Sehingga kelak foto-foto tersebut dapat menceritakan kelak ke anak cucu kita bahwa satwa-satwa ini pernah ada di muka bumi Indonesia sebelum punah.

*leader photography Satwa liar; SatwaKU SatwaMu.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Herpetologer Mania yang baik, silahkan membubuhkan komentar Anda. Jika ingin lebih cepat direspon, Sahabat Herpetologer Mania bisa berdiskusi melalui imel kami: herpetologermania@gmail.com atau ke grup media sosial fesbuk: Herpetologer Mania.

Salam herping!