Minggu, 22 Februari 2015

Kejutan Si Mata Merah

“Si Mata Merah”, itulah panggilan yang tepat yang sering kami lontarkan ketika bertemu dengan salah satu jenis amfibi yang tidak kami tahu nama sebenarnya. Jenis itu merupakan amfibi yang belum pernah kami lihat selama masuk dalam ranah amfibi.
 Pertemuan pertama ini lumayan mengesankan karena sebelumnya kami sedang berputus asa ketika belum menemukan apa-apa sejauh berjalan. Malam hari itu, tanpa ditemani staf berwenang, kami berenam (Inggin, Tari, Siti, Karina, Bang Khomar dan saya sendiri) menelusuri daerah sekitar pondok di daerah Resort Sei Betung yang berada dalam kawasan TNGL. Kami berniat mendata amfibi di daerah ini tanpa peralatan maksimal–hanya dengan cahaya senter yang pas-pasan.

Persiapan sebelum herping.
Cukup lama herping, seolah tak ada kehidupan amfibi di sini. Kami dihibur nyanyian jangkrik selama perjalanan. Mungkin saja amfibi tidak menyukai tempat ini karena miskin aliran air. Di sini kering dan hanya ada dedaunan mati bertumpuk-tumpuk namun ada onggokan air di dalam parit yang jika tak hujan akan kering juga.

Ketika kami ingin menyudahi kegiatan dan berbalik arah, si mata merah mencegat kami tepat pada jam 22.00 WIB hari Jumat, 8 Februari 2013 lalu. Dia seperti katak dari planet lain, soalnya matanya “bersinar merah” di kegelapan. Kelesuan kami berubah menjadi kegirangan. Semangat menyala tiba-tiba. Ketika kami ingin menangkapnya, sebelumnya kami terpesona dengan memperhatikan sekujur cirri-ciri tubuhnya–yang tidak kami kenali sedikit pun.

“Jenis baru!”, sorak salah seorang teman sambil mencoba untuk menggenggamnya. Kami yang juga polos untuk pengenalan jenis mengakui kebenaran itu. Misteri jenis ini menaikkan rasa antusias kami. Tak jadi pulang, kami kemudian melanjutkan kegiatan herping. Si mata merah seolah-olah membuka rekening list herpetofauna malam ini. Jenis demi jenis pun lalu kami dapatkan.

Biar tak larut di kegelapan hutan lebih lama, kami melanjutkan herping di sekitaran pondok  saja. Di sana si mata merah kembali menyapa kami. Perlu kami jelaskan bahwa keseluruhan tubuh si mata merah, matanyalah yang paling mencolok dengan mata besar berwarna merah keorenan menyala dan pinggiran berwarna biru. Katak ini memiliki kulit yang agak keras, tubuhnya berwarna coklat terlihat seperti mengilap. Garis-garis menghiasi ekstremitas depan dan belakangnya dan berukuran sekitar 8 cm dengan pergerakan sedikit lambat. Lebih lanjut kami mencoba mencari jenisnya di buku identifikasi panduan lapangan, kami belum menemukannya.

Ukuran Leptobrachium sp.
Si mata merah masih “mengolok-olok” rasa keinginantahuan kami. Rasa penasaran memicu kami untuk melakukan herping di tempat lain, tepatnya di perbatasan antara daerah TNGL dengan perkebunan sawit yang sangat banyak terdapat kubangan. Ternyata rasa penasaran kami disambut meriah oleh pasukan si mata merah. Banyak sekali kami menemukan kelompok itu di sini, yang disusul oleh jenis-jenis lainnya dari amfibi yang mendiami daerah tersebut. Suara riuh sahut menyahut seakan menyambut kedatangan kami, termasuk ular air pemangsa mereka. Melangkah lebih jauh, kami bersua lagi dengannya. Sepertinya mereka adalah penghuni terbanyak kawasan ini, sekitar 15 ekor pada jarak 500 m.

Esoknya penasaran itu kami tanyakan kepada staf kehutanan di sini maupun kakak senior yang mungkin lebih mengenal. Jawaban mereka belum memuaskan. Sampai akhirnya kami bertanya kepada yang lebih tahu pada grup Herpetologer Mania di Facebook. Ternyata yang selama ini kami panggil si mata merah adalah Leptobrachium sp. Hehehe, itu yang membuat kami penasaran.

(Teks & foto oleh Aulia Fajria)












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Herpetologer Mania yang baik, silahkan membubuhkan komentar Anda. Jika ingin lebih cepat direspon, Sahabat Herpetologer Mania bisa berdiskusi melalui imel kami: herpetologermania@gmail.com atau ke grup media sosial fesbuk: Herpetologer Mania.

Salam herping!