Jumat, 20 Februari 2015

Mahakarya Van Kampen


Banyak yang kita benci dari kolonialisme. Tapi kita mesti menyimpan kebencian itu dalam-dalam kalau itu menyangkut ilmu pengetahuan. Layaknya makhluk hidup yang tidak memiliki daerah kenegaraan, ilmu pengetahuan juga memiliki sifat yang hampir sama, terutama pengetahuan herpetologi.

Justru, peneliti amfibi dan reptil di Sumatera Utara dan Indonesia secara lebih luas boleh berterima kasih kepada seorang herpetolog berkebangsaan Belanda, Van Kampen. Buku terbitannya yang cukup fenomenal, The Amphibia of the Indo-Australian Archipelago sampai sekarang masih dijadikan rujukan penting untuk menelaah berbagai jenis amfibi di Indonesia, terutama di Sumatera Utara yang sedikit sekali bahan acuan yang dipercaya.

Prof. Dr. Pieter Nicolaas Van Kampen, lahir di Amsterdam pada tahun 1878 dan wafat tahun 1937 di  Leiden, kota di mana Leiden University berada, tempat kerjanya. Peneliti anak dari Nicolaas Godfried van Kampen dan Clara Helena Campagne ini dimulai dari tahun 1907 dalam eksplorasi timnya ke berbagai pulau yang dianggap penting, salah satunya Sumatera, jajahan negaranya.

Bisa dibayangkan bagaimana tim ini bekerja dalam bayang-bayang perlawanan pribumi yang terjajah waktu itu sebagaimana kegiatan herpetologi di hutan terbuka akan memiliki tantangan menarik. Termasuk hutan Sumatera masih diyakini memilki harimau Sumatera yang melimpah di balik mudahnya mengoleksi sampel tanpa ada izin yang kompleks di masa penjajahan. Berkat kesabaran dan keteladanannya, Van Kampen berhasil memberi nama internasional beberapa amfibi dan reptile di belahan bumi.

Di antara jenis yang berhasil dan diakui nama-nama jenis pemberiannya adalah Albericus variegatus (Van Kampen, 1923) Austrochaperina basipalmata (Van Kampen, 1906), Austrochaperina macrorhyncha (Van Kampen, 1906), Calluella volzi (Van Kampen, 1905), Hylarana debussyi (Van Kampen, 1910), Hylarana novaeguineae (Van Kampen, 1909), Hylarana persimilis (Van Kampen, 1923), Limnonectes microtympanum (Van Kampen, 1907), dan banyak jenis lainnya.

Bagi orang Sumatera, barang tentu mengenal Rana kampeni (kongkang macan Sumatera). Di samping warnanya yang kontras dan eksotik, jenis ini hanya dijumpai di Sumatera, alias endemik. Nama jenis “kampeni” diberikan oleh Boulenger sebagai penghargaan kepada naturalis sekaliber Van Kampen.

Karya pamungkasnya sekaligus mahakaryanya adalah buku The Amphibia of the Indo-Australian Archipelago yang dicetak pada tahun 1923. Sesuai namanya, cakupan buku tersebut meliputi wilayah Indo-Australia. Bukunya ini sekaligus menjadi pilihan utama untuk pengetahuan amfibi yang dulu tergantung pada tulisan-tulisan naturalis sebelumnya.

Untuk pulau Sumatera sendiri, Van Kampen mencatat ada 61 jenis amfibi yang ditemukan saat itu atau senilai 0,98% dari amfibi di dunia. Jumlah jenis tersebut senilai dengan daftar jenis di buku Mistar, Amfibi Gunung Leuser (2003).

Di samping sebagai referensi “jadul”, buku ini sangat menarik dikoleksi untuk memahami bagaimana proses penamaan jenis pada amfibi yang cukup dinamis. Misalnya Rhacophorus leucomystax saat ini lebih umum dikenal dengan Polypedates leucomystax. Bagi pecinta amfibi tentu kadang akan rindu dengan nama lama.

Panduan lapangan di Sumatera Utara khususnya tetaplah memakai buku terbitan E.J Brill Ltd, Leiden Belanda itu. Hanya karangan Mistar yang masih tetap andalan identifikasi sesuai dengan wilayah penelitiannya di Sumatera (Gunung Leuser). Sehingga ada kebutuhan “primer” untuk menelurkan buku sejenis dan kalau bisa hingga karangan mahakarya. Seperti semangat Prof. Dr. Pieter Nicolaas Van Kampen.

(Oleh Akhmad Junaedi Siregar, foto dari berbagai sumber)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Herpetologer Mania yang baik, silahkan membubuhkan komentar Anda. Jika ingin lebih cepat direspon, Sahabat Herpetologer Mania bisa berdiskusi melalui imel kami: herpetologermania@gmail.com atau ke grup media sosial fesbuk: Herpetologer Mania.

Salam herping!