Selasa, 24 Februari 2015

Rhacophorus barisani di Hutan Batangtoru, Beda-beda tapi Sama



Kawasan hutan Batang Toru Blok Barat memiliki stasiun pemantauan flora dan fauna yang dikenal dengan nama Camp Mayang seluas 12.000 ha. Kawasan ini termasuk kawasan hutan produksi yang dilaporkan memiliki keanekaragaman yang cukup menjanjikan. Tak jauh beda dengan hutan yang masih dalam kondisi baik di Sumatera, hutan ini masih memiliki harimau, orangutan, beruang madu, kucing batu dan tapir. Tak ketinggalan dengan Rafflesia gadutensis, Thismia sp. dan aneka macam anggrek menawan.

Yang lebih menantang lagi, di dalamnya ada beberapa gua dan air terjun. Namun itu tak bisa dikunjungi orang secara bebas. Lain halnya dengan fungsi ekologisnya, hutan ini menjadi penyangga 10 daerah aliran sungai terutama DAS Sipansipahoras yang menjadi sumber PLTA Sipansipahoras.

Habitat Rhacophorus barisani.
Menilik pentingnya kawasan ini, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) telah mengkaji seharusnya kawasan Batang Toru sudah mulai dijadikan hutan lindung murni mengingat hutan tersebut berdasarkan SK Mentan nomor 847/1980 menunjukkan sebagian besar kawasan hutan Batangtoru masih tergolong hutan produksi dan area penggunaan lain.

Kenapa demikian penting? Saya mau melihatnya dari kacamata herpetofauna. Saya telah melakukan penelitian di kawasan ini selama tiga minggu lamanya. Catatan menunjukkan ada 15 jenis amfibi di dalam daftar. Salah satunya yang paling menarik adalah Rhacophorus barisani yang menurut beberapa catatan ahli merupakan amfibi endemik Bukit Barisan.

Secara morfologis, Rhacophorus barisani mirip dengan Rhacophorus baluensis. Perbedaannya terletak pada pola warna, habitat, jari dan morfologi pelengkap dermal (Harvey, 2002). Rhacophorus barisani ini memiliki beragam warna dan pola yang membuat kita terkecoh. Beragam warna tersebut mungkin dipengaruhi oleh cuaca dan suhu.

Rhacophorus barisani ini sering ditemukan di pinggiran sungai, pinggiran rawa yang menempel di daun atau ranting pepohonan yang tingginya bisa mencapai lebih kurang 4 meter. Katak pohon ini juga memiliki lompatan yang cukup jauh dari ranting pohon satu ke ranting yang lain. Lompatannya seperti sedang melakukan terjun payung.

Beberapa spesimen diambil untuk pengkajian ilmiah lebih lanjut.
Penelitian itu menyimpulkan, ada lima pola warna dan motif yang berbeda-beda. Sempat kami merasa terkecoh untuk menyimpulkan kesamaan jenisnya. Tapi lambat laun, tim memahami katak itu masuk dalam jenis yang sama. Kami merasa lebih yakin ketika Mistar Kamsi ikut dalam penelitian di minggu terakhir.

Saya yakin betul, masih banyak keanekaraman hayati yang belum dikenal di hutan Batang Toru, salah satunya dari kelompok amfibi. Keberadaan hutan ini semakin penting bagi flora dan fauna terutama untuk kesejahteraan manusia itu sendiri.

(Teks dan foto: Siska Handayani)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Herpetologer Mania yang baik, silahkan membubuhkan komentar Anda. Jika ingin lebih cepat direspon, Sahabat Herpetologer Mania bisa berdiskusi melalui imel kami: herpetologermania@gmail.com atau ke grup media sosial fesbuk: Herpetologer Mania.

Salam herping!