Kawasan hutan Batang Toru Blok Barat memiliki stasiun pemantauan flora dan fauna
yang dikenal dengan nama
Camp Mayang seluas 12.000 ha. Kawasan
ini termasuk kawasan hutan produksi yang dilaporkan memiliki keanekaragaman
yang cukup menjanjikan. Tak jauh beda dengan hutan yang masih dalam kondisi
baik di Sumatera, hutan ini masih memiliki harimau, orangutan, beruang
madu, kucing batu dan tapir. Tak
ketinggalan dengan Rafflesia gadutensis, Thismia sp. dan aneka macam anggrek menawan.
Yang lebih menantang lagi, di
dalamnya ada beberapa gua dan air terjun. Namun itu tak bisa dikunjungi orang secara
bebas. Lain halnya dengan fungsi ekologisnya, hutan ini menjadi penyangga 10
daerah aliran sungai terutama DAS
Sipansipahoras yang menjadi sumber PLTA Sipansipahoras.
Habitat Rhacophorus barisani. |
Menilik pentingnya kawasan ini, Yayasan
Ekosistem Lestari (YEL) telah
mengkaji seharusnya kawasan Batang Toru sudah mulai dijadikan hutan lindung murni
mengingat hutan tersebut berdasarkan SK Mentan nomor 847/1980
menunjukkan sebagian besar kawasan
hutan Batangtoru masih tergolong hutan
produksi dan area penggunaan lain.
Kenapa
demikian penting? Saya mau melihatnya dari kacamata herpetofauna. Saya telah
melakukan penelitian di kawasan ini selama tiga minggu lamanya. Catatan
menunjukkan ada 15 jenis amfibi di dalam daftar. Salah satunya yang paling
menarik adalah Rhacophorus barisani
yang menurut beberapa catatan ahli merupakan
amfibi endemik
Bukit Barisan.
Secara
morfologis, Rhacophorus barisani
mirip dengan Rhacophorus baluensis. Perbedaannya terletak pada pola warna,
habitat, jari dan morfologi pelengkap dermal (Harvey, 2002). Rhacophorus barisani ini memiliki beragam warna dan pola yang membuat kita
terkecoh. Beragam warna tersebut mungkin dipengaruhi oleh cuaca dan suhu.
Rhacophorus barisani
ini sering
ditemukan di pinggiran sungai, pinggiran rawa yang menempel di daun atau
ranting pepohonan yang tingginya bisa mencapai lebih kurang 4 meter. Katak pohon ini juga memiliki lompatan yang cukup jauh dari ranting pohon
satu ke ranting yang lain. Lompatannya seperti sedang melakukan terjun payung.
Beberapa spesimen diambil untuk pengkajian ilmiah lebih lanjut. |
Penelitian
itu menyimpulkan, ada lima pola
warna dan motif yang berbeda-beda. Sempat kami merasa terkecoh untuk menyimpulkan
kesamaan jenisnya. Tapi lambat laun, tim memahami katak itu masuk dalam jenis
yang sama. Kami merasa lebih yakin ketika Mistar Kamsi ikut dalam penelitian di
minggu terakhir.
(Teks dan foto: Siska Handayani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sahabat Herpetologer Mania yang baik, silahkan membubuhkan komentar Anda. Jika ingin lebih cepat direspon, Sahabat Herpetologer Mania bisa berdiskusi melalui imel kami: herpetologermania@gmail.com atau ke grup media sosial fesbuk: Herpetologer Mania.
Salam herping!