Banyak
yang kita benci dari kolonialisme. Tapi kita mesti menyimpan kebencian itu
dalam-dalam kalau itu menyangkut ilmu pengetahuan. Layaknya makhluk hidup yang
tidak memiliki daerah kenegaraan, ilmu pengetahuan juga memiliki sifat yang hampir
sama, terutama pengetahuan herpetologi.
Justru,
peneliti amfibi dan reptil di Sumatera Utara dan Indonesia secara lebih luas
boleh berterima kasih kepada seorang herpetolog berkebangsaan Belanda, Van Kampen. Buku terbitannya yang cukup
fenomenal, The Amphibia of the Indo-Australian Archipelago sampai
sekarang masih dijadikan rujukan penting untuk menelaah berbagai jenis amfibi
di Indonesia, terutama di Sumatera Utara yang sedikit sekali bahan acuan yang
dipercaya.
Prof.
Dr. Pieter Nicolaas Van Kampen, lahir
di Amsterdam pada tahun 1878 dan wafat tahun 1937 di Leiden, kota di mana Leiden University berada,
tempat kerjanya. Peneliti anak dari Nicolaas Godfried van Kampen dan Clara Helena Campagne ini dimulai dari
tahun 1907 dalam eksplorasi timnya ke berbagai pulau yang dianggap penting,
salah satunya Sumatera, jajahan negaranya.
Bisa
dibayangkan bagaimana tim ini bekerja dalam bayang-bayang perlawanan pribumi
yang terjajah waktu itu sebagaimana kegiatan herpetologi di hutan terbuka akan
memiliki tantangan menarik. Termasuk hutan Sumatera masih diyakini memilki
harimau Sumatera yang melimpah di balik mudahnya mengoleksi sampel tanpa ada
izin yang kompleks di masa penjajahan. Berkat kesabaran dan keteladanannya, Van
Kampen berhasil memberi nama internasional beberapa amfibi dan reptile di
belahan bumi.
Di
antara jenis yang berhasil dan diakui nama-nama jenis pemberiannya adalah Albericus variegatus (Van Kampen, 1923) Austrochaperina basipalmata (Van Kampen, 1906), Austrochaperina macrorhyncha (Van Kampen, 1906), Calluella volzi (Van
Kampen, 1905), Hylarana debussyi (Van Kampen, 1910), Hylarana novaeguineae (Van Kampen, 1909), Hylarana persimilis (Van Kampen, 1923), Limnonectes microtympanum (Van Kampen, 1907), dan banyak jenis lainnya.
Bagi orang Sumatera, barang tentu
mengenal Rana kampeni (kongkang macan
Sumatera). Di samping warnanya yang kontras dan eksotik, jenis ini hanya
dijumpai di Sumatera, alias endemik. Nama jenis “kampeni” diberikan oleh
Boulenger sebagai penghargaan kepada naturalis sekaliber Van Kampen.
Karya
pamungkasnya sekaligus mahakaryanya adalah buku The Amphibia of the
Indo-Australian Archipelago yang dicetak pada tahun 1923. Sesuai namanya,
cakupan buku tersebut meliputi wilayah Indo-Australia. Bukunya ini sekaligus
menjadi pilihan utama untuk pengetahuan amfibi yang dulu tergantung pada
tulisan-tulisan naturalis sebelumnya.
Untuk
pulau Sumatera sendiri, Van Kampen mencatat ada 61 jenis amfibi yang ditemukan
saat itu atau senilai 0,98% dari amfibi di dunia. Jumlah jenis tersebut senilai
dengan daftar jenis di buku Mistar, Amfibi Gunung Leuser (2003).
Di
samping sebagai referensi “jadul”, buku ini sangat menarik dikoleksi untuk
memahami bagaimana proses penamaan jenis pada amfibi yang cukup dinamis.
Misalnya Rhacophorus leucomystax saat
ini lebih umum dikenal dengan Polypedates
leucomystax. Bagi pecinta amfibi tentu kadang akan rindu dengan nama lama.
Panduan
lapangan di Sumatera Utara khususnya tetaplah memakai buku terbitan E.J Brill
Ltd, Leiden Belanda itu. Hanya karangan Mistar yang masih tetap andalan
identifikasi sesuai dengan wilayah penelitiannya di Sumatera (Gunung Leuser).
Sehingga ada kebutuhan “primer” untuk menelurkan buku sejenis dan kalau bisa
hingga karangan mahakarya. Seperti semangat Prof. Dr. Pieter Nicolaas Van Kampen.
(Oleh Akhmad Junaedi Siregar, foto dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sahabat Herpetologer Mania yang baik, silahkan membubuhkan komentar Anda. Jika ingin lebih cepat direspon, Sahabat Herpetologer Mania bisa berdiskusi melalui imel kami: herpetologermania@gmail.com atau ke grup media sosial fesbuk: Herpetologer Mania.
Salam herping!