Perilaku lembut dan cantik tidak terlalu berlaku pada katak betina. Lagian
katak betina tidak bisa dikatakan perempuan, mereka adalah betina. Perempuan
dan betina berbeda karena hanya perempuanlah yang memiliki kelembutan dan
kecantikan sedangkan betina belum tentu.
Pernyataan tersebut sangat mendasar ketika Sahabat Herpetologer
Mania dua kali mencatat keganasan katak betina. Yang kita maksud adalah
kanibalisme. Kejadian yang pertama adalah Oktober 2010, ketika Biologi Pecinta
Alam dan Studi Lingkungan Hidup (Biopalas) FMIPA USU melakukan herping di Bumi Perkemahan
Sibolangit. Waktu itu Sidahin Bangun menyaksikan langsung kongkang racun (Rana hosii) betina sedang
berusaha menelan katak lain.
Kejadian pertama kemudian dipertegas dengan temuan Siska Handayani
di Hutan Batang Toru tahun 2014 yang lalu. Beliau sempat mendokumentasikan jenis
bangkong (Limnonectes blythii) sedang
menikmati satwa sebangsanya. Dan katak yang ganas ini diterka juga adalah katak
betina. Ada apa dengan katak betina?
Tidak banyak yang bisa kita jadikan sebagai alasan kecenderungan
keganasan katak betina. Hanya saja ada beberapa pendapat yang bisa kita
pertimbangkan bahwa kanibalisme itu bisa saja terjadi, terutama saat kekurangan
makanan. Seperti yang diceritakan peternak ikan lele misalnya, makan dan
dimakan antar ikan lele adalah sebuah kebiasaan. Pada kasus ikan lele, kejadian
tersebut terjadi kalau ada individu yang bukaan mulutnya bisa menelan individu yang
berpostur lebih kecil.
Dunia katak memiliki hukum soal ukuran badan jantan dan betina.
Betina cenderung lebih besar dibanding jantan. Betina secara evolutif harus
bertubuh besar agar dapat menyimpan telur lebih banyak. Kecenderungan tersebut
dianggap agar reproduksinya tinggi sehingga meningkatkan persentase keselamatan
generasinya yang sampai menjadi dewasa.
Ukuran katak betina yang besar memungkinkannya untuk mengkanibal katak
yang kecil. Soal apakah katak yang dimakan tersebut dari jenis yang sama,
sayangnya belum bisa dipastikan karena penemu dua kejadian tadi tidak
mengganggu hajatan si katak yang sedang bersantap.
Di samping kanibalisme ada lagi pola makan aneh yang dicatat
Herpetologer Mania. Dua di antaranya adalah ketika pacet berada di mulut
kongkang racun jantan. Timbul pertanyaan, siapa memangsa siapa? Yang kedua
adalah ketika kongkang jeram sumatera (Huia
sumatrana), dimangsa laba-laba. Apakah ini sebuah jaring-jaring makanan
terbalik?
Ini semua adalah sunatullah. Kita sebaiknya mencatatnya. Kelak anak
cucu kita akan tahu bahwa katak betina memang akan tidak sama dengan sifat
perempuan yang lembut dan cantik.
(Akhmad Junaedi Siregar, foto: Sidahin Bangun dan Siska Handayani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sahabat Herpetologer Mania yang baik, silahkan membubuhkan komentar Anda. Jika ingin lebih cepat direspon, Sahabat Herpetologer Mania bisa berdiskusi melalui imel kami: herpetologermania@gmail.com atau ke grup media sosial fesbuk: Herpetologer Mania.
Salam herping!