Laman

Senin, 16 Februari 2015

Ganasnya Katak Betina


Perilaku lembut dan cantik tidak terlalu berlaku pada katak betina. Lagian katak betina tidak bisa dikatakan perempuan, mereka adalah betina. Perempuan dan betina berbeda karena hanya perempuanlah yang memiliki kelembutan dan kecantikan sedangkan betina belum tentu.

Pernyataan tersebut sangat mendasar ketika Sahabat Herpetologer Mania dua kali mencatat keganasan katak betina. Yang kita maksud adalah kanibalisme. Kejadian yang pertama adalah Oktober 2010, ketika Biologi Pecinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup (Biopalas) FMIPA USU melakukan herping di Bumi Perkemahan Sibolangit. Waktu itu Sidahin Bangun menyaksikan langsung kongkang racun (Rana hosii) betina sedang berusaha menelan katak lain.

Kejadian pertama kemudian dipertegas dengan temuan Siska Handayani di Hutan Batang Toru tahun 2014 yang lalu. Beliau sempat mendokumentasikan jenis bangkong (Limnonectes blythii) sedang menikmati satwa sebangsanya. Dan katak yang ganas ini diterka juga adalah katak betina. Ada apa dengan katak betina?

Tidak banyak yang bisa kita jadikan sebagai alasan kecenderungan keganasan katak betina. Hanya saja ada beberapa pendapat yang bisa kita pertimbangkan bahwa kanibalisme itu bisa saja terjadi, terutama saat kekurangan makanan. Seperti yang diceritakan peternak ikan lele misalnya, makan dan dimakan antar ikan lele adalah sebuah kebiasaan. Pada kasus ikan lele, kejadian tersebut terjadi kalau ada individu yang bukaan mulutnya bisa menelan individu yang berpostur lebih kecil.

Dunia katak memiliki hukum soal ukuran badan jantan dan betina. Betina cenderung lebih besar dibanding jantan. Betina secara evolutif harus bertubuh besar agar dapat menyimpan telur lebih banyak. Kecenderungan tersebut dianggap agar reproduksinya tinggi sehingga meningkatkan persentase keselamatan generasinya yang sampai menjadi dewasa.  

Ukuran katak betina yang besar memungkinkannya untuk mengkanibal katak yang kecil. Soal apakah katak yang dimakan tersebut dari jenis yang sama, sayangnya belum bisa dipastikan karena penemu dua kejadian tadi tidak mengganggu hajatan si katak yang sedang bersantap.

Di samping kanibalisme ada lagi pola makan aneh yang dicatat Herpetologer Mania. Dua di antaranya adalah ketika pacet berada di mulut kongkang racun jantan. Timbul pertanyaan, siapa memangsa siapa? Yang kedua adalah ketika kongkang jeram sumatera (Huia sumatrana), dimangsa laba-laba. Apakah ini sebuah jaring-jaring makanan terbalik?


Ini semua adalah sunatullah. Kita sebaiknya mencatatnya. Kelak anak cucu kita akan tahu bahwa katak betina memang akan tidak sama dengan sifat perempuan yang lembut dan cantik.

(Akhmad Junaedi Siregar, foto: Sidahin Bangun dan Siska Handayani)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Herpetologer Mania yang baik, silahkan membubuhkan komentar Anda. Jika ingin lebih cepat direspon, Sahabat Herpetologer Mania bisa berdiskusi melalui imel kami: herpetologermania@gmail.com atau ke grup media sosial fesbuk: Herpetologer Mania.

Salam herping!