Ular
merupakan salah satu reptil berbahaya namun banyak orang yang tertarik untuk memeliharanya.
Selama ini mendengar kata “ular” selalu identik dengan kelicikan, kejahatan,
pokoknya yang buruk-buruk deh seperti
Voldemort dan Orochimaru dengan ularnya. Selo
guys, kali ini beda cerita.
Sabtu sore,
rombongan Ular Fun Foto Hunting yang diselenggarakan oleh KFAL &
Herpetologer Mania tiba di Hetts Bio Lestari yang merupakan penangkaran ular
terbesar di Indonesia untuk jenis Tropidolaemus
wagleri atau jenis yang berbisa tinggi. Lokasinya terletak di Jl. Namu
Pencawir No. 174 Desa Tuntungan Dua, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli
Serdang. Sebenarnya tak sulit menemukan lokasi penangkaran ular ini, hanya
sekitar 30 menit dari Kota Medan.
Begitu sampai
di Hetts Bio Lestari, rombongan kami langsung disambut oleh aksinya king kobra,
dan menjadi model para rombongan fotografer. “Motret ular, siapa takut?”
|
Memotret ular. |
Dulunya saya
takut ular, tapi kali ini malah ularnya menjadi objek fotografiku. Ketakutan terhadap ular hilang setelah
pawangnya menjelaskan kepada kami bahwa “ular tak akan mengganggu, bila tak
diganggu duluan”. Saya sendiri lebih menyukai memotret piton albino, warnanya soft banget, jinak, tapi sayangnya berat
banget, jadi tak bisa foto berkalung ular.
“Kawasan penangkaran
ular ini seluas ± 7000 meter persegi dan memiliki koleksi ± 2000 ekor ular”,
kata pengelola penangkaran. Wow,
banyak sekali ular-ular di sini! Di antaranya adalah Tropidolaemus wagleri, Condrophyton
veridis, dll.
Beberapa
pecinta reptil Kota Medan sekaligus bergabung bersama kunjungan kami. Mereka
menceritakan bahwa umumnya pengalaman pertama motret ular terasa seram. Ular
berdesis dan kelihatan sedikit agresif, apalagi melihat ular yang memiliki
kepala segitiga full rasanya cukup
memberi rasa gugup. Ular di sini tergolong berbisa tinggi, jadi harus lebih berhati-hati
ketika memotret ular khusuhnya bagi pemula.
Salah satu
momen yang sangat ditunggu-tunggu fotografer adalah ketika pemberian pakan favorit
ular tikus putih (mencit). Keganasan ular pun muncul saat itu, si ular membius
mencit dan menelannya setengah badan sampai si mencit mengeluarkan kotoran dan
air seni secara terpaksa. Wah, sungguh
sangat sadis tingkah laku si ular ketika melahap mangsanya.
Ular juga
salah satu hewan karnivora yang memerlukan asupan makanan berupa daging,
sehingga harus diberikan pakan sesuai dengan ukuran kepala dan mulutnya, karena
si ular tidak bisa mencabik-cabik atau mengunyah mangsanya.
Pemotretan terus
berlanjut. Saking seriusnya, para fotografer sampai miring-miring kepala,
nungging-nungging bahkan level yang paling parah adalah jreng, reng, terdengar
bunyi: Tutttttttt ……! Ternyata salah satu dari fotografer yang motret sampai
terkentut-kentut. Bisa saja karena rasa takut atau mungkin karena terlalu
serius, hehehe. Tentu saja kejadian itu membuyarkan konsentrasi fotografer lain.
|
Berpose bersama ular-ular. |
Seandainya
ular bisa bicara, dia akan mengungkapkan siapa pelakunya. Itulah bahagian
asyiknya foto ramai-ramai. Sampai kami sedang makan bakso pun, kejadian itu
menjadi bahan candaan yang membuat kami terbahak-bahak. Ini adalah kebersamaan
yang tidak kami dapatkan pada kegiatan lain.
Salam fotografi dan salam herping ...
(Teks oleh Rachmi, foto oleh Khairul Umri dan Rachmi)