Laman

Jumat, 13 Maret 2015

Menilik Pesona Ular-ular Batang Toru

Banyak orang beranggapan bahwa Batang Toru adalah hanya sebatas salah satu kabupaten yang terletak di Tapanuli Selatan yang terkenal dengan tambang emasnya. Namun sesungguhnya, berbicara tentang Batang Toru tidaklah melulu tentang tambang logam mulia itu. Kawasan Hutan Batang Toru terdiri dari dua blok, yaitu Blok Barat dan Blok Timur yang terbentang di tiga kabupaten, yaitu Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Hutan Batang Toru merupakan harta karun Tapanuli yang memiliki kekayaan dan fungsi ekologis yang sangat penting.

Hutan tersebut adalah habitat terakhir bagi populasi orangutan Sumatera (Pongo abelii) yang jauh terpisah dari orangutan lain di Sumatera Utara dan Aceh (Yel, 2007). Selain orangutan, Batang Toru adalah habitat bagi harimau Sumatera, tapir, kambing hutan, owa, kucing batu, siamang, beruang madu, berbagai jenis burung, serangga, dan lainnya.

Dari kajian herpetofauna, khususnya reptil, kawasan hutan Batang Toru memiliki keanekaragaman reptil yang cukup tinggi. Jenisnya antara lain Ophisaurus wagneri, Phyton reticulates, Cuora amboinensis, Megophrys nasuta, Huia sumatera, dll. Di sini saya akan berbagi pengalaman tentang perjumpaan ular ketika melakukan penelitian di Stasiun Pemantauan Flora Fauna SOCP-Yel Batang Toru. Saya sendiri sebenarnya masih sangat “buta” dunia ular.

Stasiun pemantauan flora fauna SOCP-YEL --dikenal juga dengan nama Camp Mayang-- termasuk dalam kawasan hutan lindung, berada di hutan Batang Toru blok barat Kabupaten Tapanuli Utara seluas area lebih kurang 12 km. Berdasarkan pemantauan herpetofauna yang telah dilakukan oleh SOCP-YEL, ditemukan 4 famili ular, yaitu dari famili Colubridae, Elapidae, Typhlophiidae, dan Viperidae (Yel, 2012).

Februari 2013 lalu, saya melakukan penelitian selama tiga bulan di Stasiun Pemantauan Flora dan Fauna SOCP-YEL Batang Toru. Penelitian ini sama sekali tidak berhubungan dengan ular atau pun herpetofauna, melainkan perilaku sosial orangutan. Namun waktu itu, saya sempat beberapa kali membantu teman saya yang sedang melakukan penelitian amfibi dan juga berkesempatan herping bersama pengamat herfetofauna berpengalaman, Mistar Kamsi. Dalam kegiatan herping yang saya ikuti, kami menemukan beberapa jenis ular, yaitu Trimeresurus albolabris, Dryocalamus subannulatus dan Xenochrophis trianguligerus

Trimeresurus albolabris lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan ulok naoto (ular bodoh) karena ular ini bisa bertengger di atas pohon yang sama selama berbulan-bulan. Trimesurus albolabris adalah spesies ular dari famili Viperidae. Bandotan (Viperidae) adalah ular dengan taring panjang bergantung, memiliki bisa yang bervariasi antar spesies. Biasanya bisa mengandung protein pemecah sel darah yang menyebabkan pendarahan internal. Trimesurus albolabris yang kami jumpai ini baru berganti kulit sehingga sangat sensitif dan cukup agresif. Dengan kondisinya yang seperti itu saya cukup takut untuk mengabadikannya dengan lensaku. Namun dengan bantuan Mistar Kamsi, akhirnya saya mendapatkan foto yang lumayan bagus.


Dryocalamus subannulatus dan Xenochrophis trianguligerus adalah spesies ular dari famili Colubridae. Colubridae merupakan spesies ular yang paling sering kami jumpai. Suku ini adalah famili terbesar (2/3 dari seluruh spesies) di dunia. Sebagian besar ular bertaring belakang tidak terlalu berbahaya bagi manusia karena taringnya terletak jauh di belakang sehingga tidak terlalu berfungsi. Xenochrophis trianguligerus atau ular segitiga merah memiliki banyak variasi warna sehingga lebih akurat dengan menghitung jumlah sisik.

Sewaktu melakukan pencarian orangutan terkadang kami bertemu dengan beberapa jenis ular, seperti Calliophis bivirgatus, Trimeresurus hageni, dan Calamaria margaritophora. Calliophis bivirgatus adalah spesies ular dari famili Elapidae yang semuanya berbisa. Elapidae memiliki taring yang terletak di bagian depan rahang atas sehingga dapat menyuntikkan bisa melalui serangan tiba-tiba dan mematikan. Sepintas ular ini mirip  Calamaria schlegeli, namun sebenarnya antara Calamaria schlegeli dan Calliophis bivirgatus jelas berbeda. Kuncinya ada pada ekor, Calliophis bivirgata memiliki ekor berwarna merah, sedangkan Calamaria schlegeli tidak. Warna kepala juga berbeda, Calliophis bivirgata memiliki tanda "panah" di bagian kepalanya, sedangkan Calamaria schlegeli batas warna merah kepala dan leher melingkar rapi. Sisik Calamaria sp cenderung memendarkan cahaya, warna tubuh mengilat dan berwarna seperti pelangi ketika terkena cahaya. Sangat berbahaya apabila kita tertukar dalam mengidentifikasi ular ini karena Calamaria schlegeli adalah ular Colubridae yang tidak berbisa, sementara Calliophis bivirgata adalah ular Elapidae yang memiliki bisa mematikan. Ular yang dulu memiliki nama Maticora bivirgata ini kami temukan ketika siang hari sehingga tidak begitu agresif. 
 
Trimeresurus hageni kami temukan di lantai hutan. Dia begitu tenang dan tidak menunujukkan pergerakan sedikit pun, seperti ular yang sudah mati. Mungkin karena sifatnya yang nokturnal (aktif malam hari) sehingga ketika kami menemukannya di siang hari ular tersebut tidak begitu aktif. Berbeda dengan Trimeresurus albolabris, (hagen’s pit viper) memiliki tekstur kulit yang kuat. Trimeresurus hageni merupakan endemik Asia Tenggara, persebarannya di Indonesia hanya terbatas di pulau Sumatera dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
 
Calamaria margaritophora merupakan ular dari kelompok Colubridae. Awalnya saya mengira bahwa ular ini merupakan anakan, namun ternyata ular endemik Sumatera ini memang memiliki ukuran yang relatif kecil dengan panjang maksimum 36 cm.
 
Hutan Batang Toru masih menyimpan banyak misteri keragaman herpetofauna khususnya ular yang belum banyak digali dan dikaji. Saya yakin dengan penelitian yang berkelanjutan, serius, dan fokus akan diperoleh keanekaragaman ular yang lebih besar. Dengan melakukan penelitian berarti kita telah ikut bertindak dalam pelestarian herpetofauna serta menambah khazanah dalam ilmu pengetahuan. Hutan Batang Toru menyimpan kekayaan alam yang bermanfaat bagi seluruh lapisan makhluk hidup. Oleh karena itu, sudah sewajarnya kita sebagai manusia menjaga kelestarian hutan yang menjadi habitat berbagai jenis flora maupun fauna dan menyangga kehidupan makhluk hidup.

Terima kasih kepada semua teman-teman Herpetologer Mania yang banyak membantu saya dalam mengidentifikasi dan memberikan penjelasan tentang semua hal yang berhubungan dengan tulisan ini. Untuk itu, kepada Agus Jati, Syahputra Putra, Riza Marlon, Roy Hasby, Muhammad Iqbal, Aristyawan Cahyo Adi dan Akhmad Junaedi Siregar, transfer ilmunya tentunya sangat bermanfaat.

Teks dan foto oleh Arfah Nasution




Pustaka:
Ensiklopedia Dunia Hewan: Reptil
Laporan Hasil Monitoring Flora Dan Fauna Di Stasiun Penelitian Hutan Batang Toru, Tapanuli    Utara-Sumatera Utara (SOCP-YEL). Unpublished report.

















2 komentar:

  1. Apakah tampilan ini hasil dari Mistar Kamsi?

    BalasHapus
  2. Grand Sierra Resort Casino and Spa - MapYRO
    Grand Sierra 김포 출장샵 Resort Casino and Spa is a Casino in Las 구미 출장안마 Vegas, Nevada 동두천 출장샵 and is open daily 24 hours. The casino's 15000 square 경상남도 출장샵 foot gaming space features over 부산광역 출장마사지 500

    BalasHapus

Sahabat Herpetologer Mania yang baik, silahkan membubuhkan komentar Anda. Jika ingin lebih cepat direspon, Sahabat Herpetologer Mania bisa berdiskusi melalui imel kami: herpetologermania@gmail.com atau ke grup media sosial fesbuk: Herpetologer Mania.

Salam herping!